Amara adalah seorang wanita yang bercita-cita menjadi atlet. Ia tinggal bersama ayah, ibu, dan adiknya Kasih. Ayahnya adalah figur penting dalam hidupnya, tetapi suatu hari secara tiba-tiba, ayahnya meninggal. Akibatnya, mereka pindah ke rumah kakek mereka, kerap disapa Opa. Amara merasa janggal karena rumahnya, yang terletak di sebuah desa terpencil di tengah hutan, dihuni oleh orang tua saja. Setiap sore, para penghuni serentak keluar rumah membawa sajen, lalu mengucapkan mantra. Amara melihat sebuah sumur misterius dekat rumah Opa suatu malam, dan melihat kata "Beremanyan", sesosok hantu yang mampu mengabulkan permintaan.
Ingin bersama ayahnya untuk terakhir kalinya, ia melakukan ritual memanggil Beremanyan. Saat Amara dan Kasih pergi ke sekolah, ibunya diseret arwah ayah Amara, membuatnya harus di kasur; secara detil, ibunya sudah dirasuki ayahnya. Namun, arwahnya juga gentayan disekitaran rumah. Ketika Amara geram, Kasih akan dirasuki; dikelas, ia mengambil pulpen dan menikam diri. Teman Amara, Dian, dikunci di kamar mandi dan dikendalikan untuk membanting kepala di cermin. Amara pun merasa stres dan ingin mengurung kembali Beremanyan, yang ternayata hanya membuat orang menderita, tetapi diberitahu bahwa ia tak bisa dikurung. Diketahui bahwa berlusin-lusin orang telah mati akibat Beremanyan sejak purbakala. Kasih hampir bunuh diri oleh Beremanyan, tapi diselamatkan Amara. Beremanyan menggungakan teknik ikan haring merah, menipu mata Amara dengan tubuh ibunya yang bisa berdiri, sambil ia menarik Kasih dan ibunya yang asli entah ke mana. Nantinya, mereka ditemukan.
Keesokan harinya, Beremanyan berhasil dikurung secara damai disumur kembali. Amara, ibunya, dan Kasih pun pindah, meninggalkan Opa. Amara membaca manuskrip novel Opa yang katanya ia sedang lakukan; novelnya adalah jiplakan pas dari kejadian yang mereka baru saja alami. Ia memberinya kepada Opa dengan darah dingin, lalu pergi. Begitu mereka pamit, Opa dibunuh Beremanyan yang kembali.