ANIMASI INDONESIA MAJU KARENA "DONTOL"

Kalau kita ngomongin soal perkembangan animasi Indonesia, nggak bisa dipungkiri bahwa sepuluh tahun terakhir jadi masa yang luar biasa penting. Dulu, animasi buatan lokal sering dipandang remeh, dianggap cuma cocok buat tontonan anak kecil, dan kualitasnya pun sering dibandingin sama kartun luar negeri yang udah lebih dulu mendominasi. Tapi sekarang, persepsi itu mulai berubah. Munculnya berbagai tayangan animasi karya anak bangsa. yang tayang di televisi nasional bahkan sampai dilirik oleh penonton luar negeri. Ini jadi bukti bahwa industri animasi Indonesia udah mulai naik kelas. Salah satu karya yang bisa dibilang ikut membentuk wajah baru animasi Indonesia adalah Adit dan Sopo Jarwo. Lewat cerita-cerita ringan tentang kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat, tayangan ini berhasil menarik perhatian penonton dari berbagai usia—nggak cuma anak-anak, tapi juga remaja bahkan orang tua. Karakter-karakter dalam Adit dan Sopo Jarwo punya ciri khasnya masing-masing. Ada Adit yang rajin dan selalu jadi pahlawan kecil di setiap episode, Sopo yang lugu dan suka ikut-ikutan, sampai Jarwo yang suka egois tapi diam-diam juga punya hati. Tapi ada satu karakter yang sampai sekarang masih sering jadi perbincangan, bahkan jadi bulan-bulanan netizen karena sifatnya yang dianggap… mengganggu. Karakter itu adalah Denis. Atau, kalau kamu sering scroll media sosial, mungkin lebih familiar dengan sebutan “Dontol”. Sebenarnya Istilah "Dontol" sendiri awalnya muncul dari sebuah tweet yang entah siapa penulis aslinya. Setelah kebijakan Twitter berubah, cuitan itu menghilang begitu saja, tapi pengaruhnya keburu besar. Julukan “Dontol” langsung melekat kuat ke karakter Denis. Kata itu seolah jadi bentuk frustrasi banyak netizen yang kesel dengan tingkah laku Denis—yang dalam banyak episode digambarkan sebagai anak yang manja, penakut, dan selalu nempel terus sama Adit. Setiap ada masalah, yang pertama dia lakukan bukan cari solusi, tapi langsung panik atau nangis. Dan yang disalahi