Rachel Zegler dulunya adalah kisah inspiratif yang bikin banyak orang percaya bahwa mimpi itu bisa jadi nyata. Berawal dari seorang gadis remaja biasa yang menyanyi di kamar tidurnya, mengunggah cover lagu-lagu musikal ke YouTube, dan menunjukkan bakat luar biasa dalam pertunjukan sekolah, Rachel perlahan-lahan menarik perhatian dunia. Hingga akhirnya, dunia benar-benar terpukau ketika ia diumumkan sebagai pemeran Maria dalam film West Side Story garapan Steven Spielberg—bukan hanya karena kemampuannya menyanyi dan berakting, tapi juga karena ini adalah debut aktingnya di layar lebar. Film tersebut sukses besar secara kritik, dan nama Rachel langsung melesat. Ia disebut-sebut sebagai “the next big thing” di Hollywood, dengan masa depan cerah dan segudang tawaran di depan mata.
Namun seperti banyak kisah di dunia hiburan modern, semakin tinggi seseorang terbang, semakin besar pula angin yang siap menerpa. Begitu Rachel diumumkan sebagai pemeran Snow White dalam remake live-action Disney, respons publik mulai berubah. Awalnya, pengumuman ini disambut dengan rasa penasaran—bagaimana jadinya Snow White yang lebih segar, lebih modern, dan dibawakan oleh aktris muda berdarah Latina? Tapi ternyata, yang datang bukan hanya rasa penasaran.
Tak butuh waktu lama sebelum media sosial dibanjiri komentar negatif, debat antar penggemar, hingga gelombang backlash yang terus membesar. Sebenarnya Salah satu pemicu utamanya datang dari pernyataan Rachel sendiri. Dalam beberapa wawancara, ia menyebut film animasi Snow White tahun 1937 sebagai sesuatu yang "ketinggalan zaman," dan mengkritik konsep cinta sejati serta pangeran penyelamat. Ia mengatakan bahwa Snow White versinya tidak akan menjadi gadis yang duduk menunggu diselamatkan, melainkan sosok pemimpin yang kuat, mandiri, dan ambisius. Walaupun pesan yang ia sampaikan bertujuan untuk memberdayakan, nyatanya reaksi publik jauh dari harapan. Banyak orang merasa pernyataan itu meremehkan cerita orisinal yang sudah dicintai lintas