danmaku icon

KENAPA NARNIA MAKIN LAMA MAKIN JELEK⁉️

438 Ditonton04/04/2025

Di awal tahun 2000-an, dunia perfilman sedang berada di puncak era keemasan genre fantasi. The Lord of the Rings berhasil menciptakan standar baru dengan kisahnya yang epik dan penuh makna, sementara Harry Potter mengubah wajah industri film dengan membangun franchise jangka panjang yang mengakar kuat dalam budaya pop. Dalam persaingan yang semakin ketat ini, Disney sadar bahwa mereka tertinggal. Mereka tidak memiliki franchise fantasi yang bisa menyaingi kedua raksasa tersebut. Lalu muncullah ide untuk mengadaptasi The Chronicles of Narnia, seri novel klasik karya C.S. Lewis yang sudah dicintai jutaan pembaca di seluruh dunia. Dengan dunia ajaib, karakter yang penuh warna, dan pesan moral yang kuat, Narnia tampak seperti pilihan sempurna untuk dijadikan franchise besar. Bersama Walden Media, Disney pun menghidupkan kembali petualangan di dunia Narnia ke layar lebar, dengan harapan bisa menjadi pesaing utama di ranah film fantasi keluarga. Film pertamanya, The Lion, the Witch and the Wardrobe, dirilis pada tahun 2005 dan langsung menjadi hit besar. Dunia Narnia yang penuh salju, pertempuran epik melawan White Witch, dan kehadiran Aslan yang megah berhasil memikat hati penonton. Dengan pendapatan lebih dari 745 juta DOLLAR di box office global, Disney seolah menemukan ‘emas’ di tangan mereka. Franchise ini terlihat menjanjikan, dengan peluang besar untuk menjadi kisah fantasi yang bertahan lama. Namun, seperti dongeng yang tidak selalu berakhir bahagia, perjalanan Narnia di layar lebar justru berujung antiklimaks. Film kedua, Prince Caspian, kehilangan sebagian besar daya tarik yang dimiliki film pertama. Meskipun tetap menghadirkan petualangan seru, suasana film yang lebih gelap dan fokus yang lebih berat pada aksi membuatnya kurang menarik bagi penonton keluarga. Akibatnya, pendapatan film ini turun drastis dibandingkan pendahulunya.
warn iconDilarang memposting ulang tanpa izin dari Kreator.
creator avatar