Rini merupakan seorang siswi kelas 1 SMA Pandega. Ia mengikuti perkemahan yang diselenggarakan Dewan Ambalan Pramuka sekolahnya.
Kemah itu diadakan tiga malam di hutan Wana Alus dan diikuti sejumlah peserta. Acara tersebut awalnya dilarang seorang kuncen desa bernama Mbah Sonto (Landung Simatupang).
Namun, ia akhirnya mengizinkan usai mengubur sesajen di salah satu area kemah. Mbah Sonto juga sempat memberi syarat supaya tidak ada peserta yang mengusik sesajen itu, apalagi membongkarnya.
Kemah itu semula berjalan biasa saja. Semua peserta datang dengan antusias, meski mereka sempat merasa kurang nyaman dengan suasana di sekitar bumi perkemahan yang janggal.
Selama perkemahan berlangsung, mereka bakal melakoni berbagai kegiatan, termasuk lomba-lomba hingga pementasan drama.
Rini bergabung dalam pementasan drama yang mengangkat legenda bernama Roro Putri. Ia bahkan memerankan sosok Roro Putri yang telah meninggal dunia ratusan tahun lalu.
Rini merupakan seorang siswi kelas 1 SMA Pandega. Ia mengikuti perkemahan yang diselenggarakan Dewan Ambalan Pramuka sekolahnya.
Kemah itu diadakan tiga malam di hutan Wana Alus dan diikuti sejumlah peserta. Acara tersebut awalnya dilarang seorang kuncen desa bernama Mbah Sonto (Landung Simatupang).
Namun, ia akhirnya mengizinkan usai mengubur sesajen di salah satu area kemah. Mbah Sonto juga sempat memberi syarat supaya tidak ada peserta yang mengusik sesajen itu, apalagi membongkarnya.
Kemah itu semula berjalan biasa saja. Semua peserta datang dengan antusias, meski mereka sempat merasa kurang nyaman dengan suasana di sekitar bumi perkemahan yang janggal.
Selama perkemahan berlangsung, mereka bakal melakoni berbagai kegiatan, termasuk lomba-lomba hingga pementasan drama.
Rini bergabung dalam pementasan drama yang mengangkat legenda bernama Roro Putri. Ia bahkan memerankan sosok Roro Putri yang telah meninggal dunia ratusan tahun lalu.