SELAMAT TINGGAL FAST & FURIOUS

Fast & Furious adalah salah satu franchise terbesar di Hollywood, tetapi perjalanan panjangnya penuh dengan perubahan yang kontroversial. Awalnya, film ini hanya tentang balapan liar di jalanan dengan nuansa kriminal yang realistis, memikat banyak penonton dengan aksi yang intens dan karakter-karakter karismatik. Namun, seiring berjalannya waktu, franchise ini berkembang menjadi sesuatu yang jauh berbeda—bukan lagi sekadar balapan, tetapi aksi penuh fantasi dengan mobil yang bisa melakukan hal-hal mustahil, dari melompati gedung pencakar langit hingga terbang ke luar angkasa. Perubahan ini tentu tidak terjadi dalam semalam. Pada awalnya, Fast & Furious sangat identik dengan dunia street racing yang sedang populer di Amerika pada awal 2000-an. Film pertama dirilis pada tahun 2001, mengangkat tema balapan liar dan dunia kriminal yang realistis. Meskipun tidak mendapat pujian kritis, film ini berhasil mencuri perhatian penonton muda dan membangun basis penggemar setia. Namun, dengan setiap sekuelnya, fokus cerita mulai bergeser. Dari sekadar balapan, franchise ini perlahan berubah menjadi aksi kejar-kejaran global dengan skala yang semakin besar dan tidak masuk akal. Banyak faktor yang memengaruhi perubahan ini. Kesuksesan finansial membuat studio ingin terus memperbesar skala film, menghadirkan adegan-adegan yang semakin ekstrem untuk menarik lebih banyak penonton. Namun, di balik layar, ada drama yang tidak kalah menarik. Mulai dari konflik antar aktor, perubahan visi kreatif, hingga tantangan besar akibat kepergian Paul Walker, semua itu berkontribusi dalam membentuk arah franchise ini. Bagi sebagian orang, Fast & Furious 7 adalah titik akhir yang sempurna, memberikan perpisahan emosional untuk Paul Walker dan menutup cerita dengan penuh makna. Namun, bagi Universal studios, franchise ini masih memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Hasilnya? Film-film berikutnya semakin absurd, dengan adegan yang lebih mirip film superhero dibandingkan aksi balap yang re